Perbedaan psikoanalisa Freud dengan Erikson

Kamis, 01 Oktober 2009

Psikoanalisa Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.
Freud mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ‘mind apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.

  • Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
  • Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
  • Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.

Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnisme yang jenisnya bisa bermacam-macam, repression.


Psikoanalisa Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang di miliki ego yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan serta integritas ego ini dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahapan kehidupan.
Ego bukan menjadi budak lagi, namun dapat mengatur id, superego dibentuk oleh konteks cultural dan historik. berikut adalah ego yang sempurna menurut erikson :

  1. Faktualitas : Kumpulan fakta, data dan metode yang dapat diverifikasi dengan metode kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungannya.
  2. Universalitas : Berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit dengan pandangan semesta, mirip dengan prinsip realita dari freud.
  3. Aktualitas : Cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Erikson, ego sebagian bersifat tak sadar, mengorganisir dan mensitesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lau dan dengan diri masa yang akan datang. Dia menemukan 3 aspek ego yang saling berhubungan, yakni :

  1. Body ego : Mengacu ke pengalaman orang dengan tubuh.
  2. Ego ideal : Gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal.
  3. Ego identity : Gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial.

Teori ego dari erikson memandang bahwa perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetik. Bagi organisme, untuk mencapai perkembangan penuh dari struktur biologis potensialnya, lingkungan harus memberi stimulasi yang khusus sama seperti freud, erikson menggangap hubungan anak dan ibu menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian tetapi erikson tidak membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego.

Sumber :
http://www.e-psikologi.com/epsi/tokoh detail.asp
Brennan, J.F. (1991) History and systems pshychology New jersey : Prentice Hall Inc
Ludin (1991) Theories and systems of pshchology 4rd Ed Toronto : D.C Heath n Company


0 komentar:

Posting Komentar

-PutrieMuttz- Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template for Bie Blogger Template Vector by DaPino